You are currently viewing Mengenal Lebih Dekat Keraton Yogyakarta Dan Sejarahnya

Mengenal Lebih Dekat Keraton Yogyakarta Dan Sejarahnya

Bangunan Keraton Yogyakarta dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan ini terletak di pusat Kota Yogyakarta.Tepatnya berada di Jl. Rotowijayan Blok No.1.Panembahan,Kecamatan Kraton,Kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.Beliau yang memilih tempat tersebut sebagai tempat untuk membangun bangunan keraton,tepat di antara sungai Winongo dan sungai Code, sebuah daerah berawa yang dikeringkan.

Bangunan Keraton membentang dari utara ke selatan.Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan.Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton,Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat.Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya.

Keraton adalah tempat bersemayam ratu-ratu,berasal dari kata : ka + ratu + an = kraton.Juga disebut kadaton,yaitu ke + datu + an = kedaton,tempat datu-datu atau ratu-ratu.Bahasa Indonesianya yakni istana,jadi keraton adalah sebuah istana,namun istana bukanlah keraton.Keraton ialah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan,arti filsafat dan arti kulturil (kebudayaan).

Sesungguhnya Kraton Yogyakarta penuh dengan arti-arti tersebut diatas.Arsitektur bangunan-bangunannya,letak bangsal-bangsalnya,ukiran-ukirannya,hiasannya sampai pada warna gedung-gedungnya pun mempunyai arti.Pohon-pohon yang ditanam di dalamnya bukan sembarangan pohon.Semua yang terdapat disini seakan-akan memberi nasehat kepada kita untuk cinta dan menyerahkan diri kita kepada Tuhan yang Maha Esa,berlaku sederhana dan tekun,berhati-hati dalam tingkah laku sehari-hari dan lainnya.

Arsitek dari keraton Yogyakarta adalah Beliau adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri.Waktu masih muda,baginda bergelar pangeran Mangkubumi Sukowati dan dapat julukan,menurut Dr.F.Pigeund dan Dr.L.Adam dimajalah Jawa tahun 1940:”de bouwmeester van zijn broer Sunan P.B II” (“arsitek dari kakanda Sri Sunan Paku Buwono II”).

Sejarah Pembuatan Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton Yogyakarta konon merupakan bekas sebuah pesanggarahan.yang bernama Garjitawati.Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.Namun,versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air,Umbul Pacethokan yang ada di tengah hutan.Sebelum menempati Keraton Yogyakarta,Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara),Sri Manganti,Kedhaton,Kamagangan,Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan) dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan).Selain itu,Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara ataupun benda-benda kuno dan bersejarah.Di sisi lain,Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya.Karena itu tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.

Pembangunan keraton dilakukan dengan penuh pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan,sosial,ekonomi, budaya maupun tempat tinggal.Selain keraton,dibangun pula sarana kelengkapan yang lain,seperti benteng,kompleks Tamansari,Masjid Gedhe dan Pasar Gedhe.Sultan Hamengku Buwono I resmi menempati keraton pada 7 Oktober 1756.

Kompleks bangunan Keraton Yogyakarta

Komplek keraton terletak di tengah-tengah,tetapi daerah keraton membentang antara Sungai Code dan Sungai Winanga dari utara ke selatan adalah dari Tugu sampai Krapyak.Namun kampung-kampung jelas memberi bukti kepada kita bahwa ada hubungannya antara penduduk kampung itu dengan tugasnya di keraton pada waktu dahulu,misalnya Gandekan = tempat tinggal gandek-gandek (kurir) dari Sri Sultan,Wirobrajan tempat tinggal prajurit keraton wirobrojo,Pasindenan tempat tinggal pasinden-pasinden (penyanyi-penyanyi) keraton.

Luas Keraton Yogyakarta yakni 14.000 meter persegi.Didalamnya ada banyak bangunan-bangunan,halaman-halaman dan lapangan-lapangan.

Halaman keraton ke utara :

  • Kedaton/Prabayeksa
  • Bangsal Kencana
  • Regol Danapratapa (pintu gerbang)
  • Sri Manganti
  • Regol Srimanganti (pintu gerbang)
  • Bangsal Ponconiti (dengan halaman Kemandungan)
  • Regol Brajanala (pintu gerbang)
  • Siti Inggil
  • Tarub Agung
  • Pagelaran (tiangnya berjumlah 64)
  • Alun-alun Utara
  • Pasar (Beringharjo)
  • Kepatihan
  • Tugu

Angka 64 menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa atau usia 62 tahun Masehi.

Halaman keraton ke selatan :

  • Regol Kemagangan (pintu gerbang)
  • Bangsal Kemagangan
  • Regol Gadungmlati (pintu gerbang)
  • Bangsal Kemandungan
  • Regol Kemandungan (pintu gerbang)
  • Siti Inggil
  • Alun-alun Selatan
  • Krapyak

Catatan :

  • Regol : pintu gerbang.
  • Bangsal : bangunan terbuka.
  • Gedong : bangunan tertutup (berdinding).
  • Plengkung : pintu gerbang beteng.
  • Selogilang : lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam podium rendah,tempat duduk Sri Sultan atau tempat singgasana Sri Sultan.
  • Tratag : bangunan biasanya tempat berteduh,beratap anyam-anyaman bambu dengan tiang-tiang tinggi tanpa dinding.

Komplek keraton dikelilingi oleh tembok lebar,bernama beteng.Panjangnya 1 km berbentuk empat persegi,tingginya 3,5 M,lebarnya 3-4 M,di beberapa tempat di beteng ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan amunisi,di ke 4 sudutnya terdapat bastion-bastion dengan lobang-lobang kecil di dindingnya untuk mengintai musuh.3 dari bastion-bastion itu sekarang masih dapat dilihat.Beteng itu di sebelah luar di kelilingi oleh parit lebar dan dalam.

5 buah plengkung atau pintu gerbang dalam beteng menghubungkan komplek keraton dengan dunia luar.Plengkung-plengkung itu yakni :

  • Plengkung Tarunasura atau plengkung Wijilan di sebelah timur laut.
  • Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat daya.
  • Plengkung Jogoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah barat.
  • Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah selatan.
  • Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur.

Jam Buka

  • Setiap hari mulai pukul 09.00 -14.00 WIB
  • Kecuali hari Jum�at Kraton hanya buka sampai dengan pukul 11.00 WIB

Harga Tiket Masuk Keraton Yogyakarta

  • Turis lokal : Rp 7.000.
  • Turis mancanegara : Rp 15.000

Jam buka wisata ke Keraton Yogyakarta

  • Untuk Hari Senin sampai Kamis libur.
  • Jumat sampai Minggu pukul 11.00-17.00 WIB.

Fasilitas

  • Pemandu Wisata (dikenakan biaya tambahan).
  • Toilet.
  • Toko cinderamata

Tips mengunjungi Keraton Yogyakarta :

  • Jangan melakukan sesuatu yang tidak lazim ketika berada dalam area Keraton.
  • Jangan buang sampah sembarangan.
  • Dari Kraton Yogyakarta kalian dapat meneruskan perjalanan wisata menuju Museum kereta,Taman Sari,Pasar burung Ngasem dan lainnya yang hanya berjarak sekitar satu kilometer (10 menit) dari Keraton.
  • Pergunakan jasa angkutan becak,jika kalian merasa lelah.

Jika kalian sedang singgah di Kota Yogyakarta,silahkan mengunjungi Keraton Yogyakarta ini.Semoga artikel ini bermanfaat 🙂